MISI ACEH RAYA MENJADI KABUPATEN TERMUDA

Authors

  • M. Ali S. Author
  • Yuri Gagarin Author
  • M. Sayuthi Author
  • Anwar Yusuf Author
  • Teungku Helmi Author
  • Asri Mursawal Author

Abstract

Buku “Misi Aceh Raya Menjadi Kabupaten Termuda” merupakan dokumentasi historis dan analisis mendalam tentang perjuangan panjang masyarakat di kawasan barat Aceh Besar dalam memperjuangkan pembentukan daerah otonom baru bernama Kabupaten Aceh Raya. Buku ini tidak hanya menelusuri jejak administratif dan politik, tetapi juga menggambarkan semangat, identitas, serta kearifan lokal masyarakat yang menjadi fondasi utama gerakan pemekaran tersebut.

Diawali dengan Bab I, buku ini menyajikan tinjauan umum tentang kondisi Indonesia dan perkembangan Kabupaten Aceh Besar sebagai wilayah induk, untuk memahami konteks sosial, ekonomi, dan politik yang melatarbelakangi lahirnya gagasan Aceh Raya. Bab II menguraikan secara kronologis sejarah, ide, dan dinamika pembentukan Aceh Raya—mulai dari pembentukan panitia, penentuan wilayah, hingga usaha percepatan proses pemekaran.

Pada Bab III, pembaca diajak menelusuri gambaran umum wilayah calon Kabupaten Aceh Raya, termasuk deskripsi setiap kecamatan yang masuk dalam cakupan wilayahnya, seperti Lhoong, Leupung, Lhoknga, Peukan Bada, Pulo Aceh, Darul Kamal, dan Darul Imarah. Uraian ini diperkuat dengan data kependudukan dan kondisi pemukiman masyarakat.

Bab IV hingga Bab VI membahas dinamika sosial-ekonomi wilayah ini, mulai dari aktivitas masyarakat (petani, nelayan, pengusaha, pegawai), sarana dan prasarana umum (pendidikan, kesehatan, ibadah, transportasi, hingga olahraga), serta potensi sumber daya alam, manusia, tumbuhan, hewan, dan industri. Bagian ini menunjukkan kesiapan Aceh Raya sebagai wilayah yang layak berdiri mandiri.

Selanjutnya, Bab VII menyoroti kekayaan adat dan budaya Aceh Raya—mulai dari tradisi pernikahan, kesenian daerah seperti Likok Pulo dan Rapai Daboh, hingga kuliner khas dan ragam dialek bahasa. Bab ini menegaskan bahwa perjuangan pemekaran bukan sekadar administratif, tetapi juga ekspresi identitas budaya.

Bab VIII dan Bab IX mengupas kiprah berbagai organisasi masyarakat, tokoh pemuda, pelajar, serta proses panjang kepanitiaan dalam memperjuangkan rekomendasi dari pemerintah daerah, DPRA, hingga perjuangan ke Jakarta. Bagian ini memperlihatkan semangat gotong royong dan diplomasi warga Aceh Raya.

Bab X dan XI memaparkan dinamika terkini perjuangan tersebut, termasuk tantangan besar berupa kebijakan moratorium pemekaran daerah, upaya mencabutnya, serta reaksi masyarakat dan janji politik yang mengiringinya.

Akhirnya, Bab XII dan XIII menutup kisah perjuangan ini dengan refleksi tentang kesiapan masyarakat, penentuan ibu kota kabupaten, serta kerja keras panitia dan tokoh masyarakat yang terus berjuang agar Aceh Raya benar-benar lahir sebagai kabupaten termuda di Aceh.

Secara keseluruhan, buku ini tidak hanya menjadi catatan sejarah perjuangan, tetapi juga sumber inspirasi tentang semangat kolektif, keteguhan, dan identitas masyarakat Aceh Raya dalam mewujudkan cita-cita otonomi daerah yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Published

2025-10-15

Issue

Section

Articles